Bantul, klikwartanews.id – Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X mendorong pemanfaatan tanah kas desa untuk tanaman pangan, seperti jagung. Dengan lahan pertanian tanaman yang semakin produktif dan luas maka akan semakin mengurangi atau menekan ketergantungan impor tanaman pangan dan mewujudkan ketahanan pangan melalui swasembada pangan.
“Tanah kas desa saya kira tidak ada masalah untuk tanaman seperti ini dan yang penting Pak Lurahnya tahu. Yang penting tanah kas desa tersebut harus ditanami tanaman kebutuhan pokok pangan, ” ujar Sri Sultan mendampingi
Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo disela-sela penanaman jagung dan menyerahkan bantuan alat mesin pertanian (alsintan) di Dusun Klaras, Kalurahan Canden, Kapanewon Jetis, Kabupaten Bantul, Sabtu (15/02).
Adapun lahan tanah kas desa seluas lima hektare di Dusun Klaras Canden tersebut diketahui telah terbengkalai selama satu dekade. Akhirnya untuk mendukung program Polri berupa penanaman jagung seluas satu juta hektare pada 2025, lahan terbengkalai tersebut diubah menjadi lahan produktif untuk yang merupakan bagian dari Gugus Tugas Polri mendukung ketahanan pangan.
Terkait dengan permintaan masyarakat Canden yang ingin menjadikan wilayahnya menjadi bagian dari Lumbung Mataram, Sri Sultan mengatakan, hal tersebut tergantung keputusan atau izin daru Kepala Desa atau Lurah. Karena hakekatnya Lumbung Mataram yang disisihkan untuk tanaman pangan itu pembagiannya per pedukuhan yang jadi satu kawasan untuk menambah penghasilan daripada warga masyarakat per pedukuhan.
“Jadi tanaman pangan yang ditanam tersebut yang mempunyai nilai harga tinggi, namun kalau hanya tanaman kangkung maupun bayam bisa dilakukan di galengan atau pematang sawah saja. Dan itu mesti diajukan, kalau tanaman ini yang mengerjakan satu pedukuhan atau dua pedukuhan kan tidak ada masalah, nanti yang lain berikutnya tanaman lain, entah lombok atau apa, yang penting jadi satu kesatuan yang diusulkan,” tuturnya.
Secara prinsip, Sri Sultan mempersilahkan pemanfaatan tanah kas desa untuk tanaman pangan. Sedangkan apabila untuk dijadikan sebagai lumbung pangan Mataram, perlu ada komitmen bersama para warga pedukuhan di Kalurahan. Tanah tersebut bisa disatukan agar menjadi satu kesatuan dan yang menentukan ditanam apa itu pedukuhan sendiri.
“Saya hanya berpesan, jagung yang bagus itu harus memenuhi standar tertentu. Di sini, sering kita lupa impor kita besar sekali sehingga dengan adanya penanaman jagung di dalam negeri semakin luas sehingga akan menghemat devisa karena hasil produksinya lebih bagus. Tetapi harus memenuhi standar tertentu supaya hasilnya panen berkualitas supaya petani tidak merugi. Pesan saya itu, sukses buat para petani,” terang Sri Sultan.
Sebelumnya, Kapolri Listyo Sigit menyampaikan penanaman tersebut melibatkan kelompok tani di Klaras yang lahannya menggunakan tanah kas desa. Untuk itu, pihaknya mengucapkan terimakasih kepada Gubernur DIY yang telah membantu lahan yang ada di wilayah DIY, khususnya yang menjadi bagian dari program penanaman jagung ini. Penanaman jagung ini merupakan tugas bersama dalam mendukung ketahanan pangan mengingat pemerintah menargetkan tidak ada lagi impor jagung pada 2025.
“Harapan kita kegiatan hari ini tentunya menjadi tugas bersama untuk bisa menciptakan swasembada pangan, khususnya terkait dengan kebutuhan tanaman jagung yang selama ini masih mengandalkan impor. Dengan kerja keras kita semua ini diharapkan bisa menghasilkan hasil yang optimal, kita tidak impor lagi, malah bisa surplus dan kita bisa ekspor,” tandasnya.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan (DKPP) Kabupaten Bantul, Joko Waluyo menuturkan luasan lahan yang ditanami jagung di Klaras mencapai sekitar lima hektare yang 10 tahun mangkrak. Lantas, Polda DIY melakukan pengecekan and clearing sampai akhirnya siap ditanami jagung.
Pihaknya menargetkan luas tanam jagung seluas 5.196 hektare pada 2025, yang terdiri dari 3.878 hektare lahan baku sawah dan 1.